Just another free Blogger theme

Random Posts

blog tes ombak

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

JamoSiko

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Penayangan bulan lalu

Find Us On Facebook

Random Posts

Recent Posts

Video Of Day

Popular Posts

Kamis, 18 September 2025

 


Khutbah Pertama

الحمد لله المؤمن، الذي أرسل الرسل بالبينات ليخرج الناس من الظلمات إلى النور بإذن ربهم، نحمده على نعمه التي لا تحصى، ونشكره على فضله الذي لا ينفد، ونعوذ به من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.

Amma ba’du,

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji hanya bagi Allah, Dzat yang memberi rasa aman kepada hati-hati yang beriman. Dialah Al-Mu’min, yang meneguhkan jiwa di saat goncangan, yang menurunkan ketenangan di tengah ketakutan, dan yang memberi cahaya iman dalam hati hamba-hamba-Nya.

Shalawat serta salam mari kita curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, yang hidupnya menjadi teladan penuh keyakinan, lisannya penuh kebenaran, dan hatinya dipenuhi cahaya keimanan. Semoga kita tergolong umat yang mengikuti jejak langkahnya, hingga beroleh syafaatnya di hari akhir nanti.

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,

Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah sekalian untuk selalu bertakwa kepada Allah. Takwa adalah benteng yang melindungi kita dari kebinasaan, cahaya yang menuntun kita dalam kegelapan, dan penopang yang menguatkan langkah kita di dunia. Jangan biarkan hati kita kosong dari takwa, sebab tanpa takwa, dunia ini hanyalah gurun tandus yang menyesatkan.


Narasi Pembuka

Filsuf Barat banyak berbicara tentang makna iman dan rasa aman. Plato menganggap iman sebagai bentuk keyakinan pada kebenaran yang lebih tinggi dari realitas duniawi. Dalam pandangannya, iman melahirkan rasa aman karena jiwa terhubung dengan kebenaran yang abadi.

Aristoteles melihat iman dalam konteks etika sebagai keyakinan yang melahirkan keberanian moral. Bagi dia, orang yang beriman pada kebenaran akan memiliki rasa aman dalam dirinya, sebab ia berdiri di atas keyakinan yang tidak mudah goyah.

Sementara itu, filsuf modern seperti Kierkegaard menekankan bahwa iman adalah lompatan eksistensial: menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan meski akal terbatas. Dari iman itulah lahir rasa aman sejati, sebab hati bersandar pada kekuatan yang tak terbatas.


Definisi Ulama

Namun para ulama Islam menegaskan bahwa Al-Mu’min adalah nama Allah yang berarti Dia-lah yang memberi keamanan dan rasa aman kepada hamba-Nya. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa Al-Mu’min adalah yang meneguhkan hati dengan iman, yang menyelamatkan hamba dari rasa takut, dan yang menjamin keselamatan di dunia dan akhirat.


Dalil Al-Qur’an

Allah berfirman:

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
(QS. Al-Hashr: 23)

“Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”


Tafsir dan Penjelasan

Para mufassir menjelaskan bahwa Allah disebut Al-Mu’min karena Dia yang meneguhkan hamba-hamba-Nya dengan iman, dan Dia pula yang memberi rasa aman dari segala rasa takut. Ibn Katsir menafsirkan bahwa Allah menjaga hamba-Nya dari kezaliman dan memberi mereka keamanan di dunia serta keselamatan di akhirat.

Dengan demikian, rasa aman sejati tidak datang dari harta, jabatan, atau kekuatan, melainkan dari Allah Al-Mu’min yang menenangkan hati dan menjaga hamba-Nya.


Keamanan seperti apa yang Allah berikan?

Pertama, Allah memberi keamanan lahiriah. Berapa banyak dari kita yang bisa tidur dengan nyenyak malam ini tanpa rasa takut? Itu adalah nikmat keamanan dari Allah. Lihatlah saudara-saudara kita di negeri yang dilanda konflik, mereka kehilangan rasa aman, sementara kita masih bisa beribadah dengan tenang. Bukankah ini karunia besar? Betapa sering kita menganggap remeh nikmat keamanan ini, padahal tanpa keamanan, harta tidak berarti, kesehatan tidak terasa nikmat, bahkan ibadah pun menjadi sulit. Maka, hendaknya kita selalu bersyukur atas penjagaan Allah yang melindungi kita dari bahaya yang tak terlihat maupun yang tampak.

Kedua, Allah memberi keamanan batin. Banyak orang kaya raya, namun hatinya penuh kecemasan. Sebaliknya, ada orang sederhana yang hidupnya tenang karena Allah menurunkan sakinah di dalam hatinya. Inilah keamanan yang tak bisa dibeli, hanya Allah yang mampu memberikannya. Hati yang tenteram adalah karunia terbesar, sebab tanpa ketenangan, dunia yang luas terasa sempit. Hati yang dipenuhi iman akan kuat menghadapi cobaan, tetap sabar ketika kehilangan, dan tetap bersyukur ketika mendapat nikmat. Inilah keamanan batin yang sejati, sebuah anugerah yang sering diabaikan manusia.

Ketiga, Allah memberi keamanan di akhirat. Bagi orang beriman, Allah menjanjikan surga, tempat yang penuh keselamatan. Tidak ada rasa takut, tidak ada kesedihan, hanya kedamaian abadi. Itulah balasan tertinggi dari Allah Al-Mu’min bagi hamba-hamba-Nya yang taat. Keselamatan di akhirat jauh lebih besar daripada keselamatan di dunia, karena kehidupan dunia hanyalah sementara. Di akhirat kelak, setiap jiwa akan merasakan keamanan yang sempurna, tanpa rasa sakit, tanpa kesusahan, hanya kebahagiaan yang abadi di sisi Allah. Inilah tujuan tertinggi seorang mukmin, dan inilah janji Allah yang pasti benar.

Allah lah yang memberi rasa aman pada nabi ibrahim di tengah kobaran api, dengan firmanya: “Hai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69). Api yang semestinya membakar, justru menjadi penyejuk berkat perlindungan Allah Al-Mu’min.

Allah lah yang membelah lautan untuk nabi musa yang tengah jadi incaran Fir’aun dan tentaranya hingga terhimpit laut di lepas, hingga Fir’aun yang penuh kesombongan justru binasa di tempat yang sama.

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم pun sarat dengan contoh penjagaan Allah. Saat beliau bersembunyi di gua Tsur bersama Abu Bakar, para musyrikin mengepung hingga di depan pintu. Namun Allah menurunkan rasa aman, menutupi pandangan mereka, hingga beliau selamat. Allah berfirman: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).

Semua kisah ini adalah cermin bahwa rasa aman sejati hanya dari Allah, bukan dari kekuatan fisik atau perlindungan manusia. Jika Allah menjaga, maka tidak ada satu pun makhluk yang bisa mencelakakan.

Renungan

Jama’ah yang dirahmati Allah,

Apakah selama ini kita sudah benar-benar menjadikan Allah sebagai sumber rasa aman? Ataukah kita lebih bergantung pada kekayaan, jabatan, atau teknologi untuk merasa tenang? Bukankah semua itu rapuh dan bisa hilang dalam sekejap?

Tidakkah kita sadar, bahwa hati ini sering lebih percaya pada angka tabungan di bank daripada pada janji Allah? Tidakkah kita malu, ketika kita lebih merasa aman karena rumah yang kokoh, tetapi lalai dari doa yang tulus? Renungkanlah, kepada siapa sebenarnya kita bersandar.


Penutup

Jama’ah yang dirahmati Allah,

Khutbah ini ingin menegaskan bahwa hanya Allah Al-Mu’min yang bisa mendatangkan rasa aman sejati di dalam hati. Harta bisa musnah, kekuasaan bisa runtuh, bahkan orang terdekat bisa pergi, namun Allah tetap setia menjaga hamba-Nya.

Semoga kita menjadi hamba yang selalu menyandarkan rasa aman hanya kepada Allah, sehingga hidup kita dipenuhi dengan ketenangan, dan akhir kita ditutup dengan husnul khatimah.

  Download : File Pdf Khutbah

Baca juga ini

Categories: , ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar