Dalam sejarah tasawuf, ada satu nama yang selalu dikenang: Dzun Nun al-Mishri (w. 859 M). Beliau berasal dari Mesir dan dikenal sebagai salah satu sufi besar yang hidup dengan penuh cinta kepada Allah. Namanya sering disebut dalam kitab Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim al-Ashfahani.
Jejak Kehidupan
Dzun Nun bukan hanya seorang ahli ibadah, tapi juga seorang yang cerdas dan penuh kebijaksanaan. Ia banyak berkelana, menuntut ilmu, dan bertemu dengan ulama-ulama besar pada zamannya. Karena keluasan ilmunya, beliau sering dijadikan tempat bertanya oleh para pencari ilmu dan para pejalan ruhani.
Tuduhan dan Penjara
Pernah suatu ketika, Dzun Nun dituduh menyebarkan ajaran sesat. Ia ditangkap dan dipenjara. Namun, justru di dalam penjara, banyak orang mendatanginya untuk meminta nasihat. Sikap sabar dan kata-katanya yang penuh hikmah membuat orang-orang sadar bahwa beliau adalah wali Allah yang sejati. Akhirnya, para ulama besar membenarkan keilmuannya dan namanya kembali dimuliakan.
Hikmah Dzun Nun
Salah satu ucapannya yang terkenal adalah ketika beliau ditanya: “Dengan apa seorang hamba bisa mengenal Tuhannya?”
Dzun Nun menjawab:
👉 “Dengan tiga hal: meninggalkan dunia, mengamalkan ilmu, dan mengatur amal sesuai dengan syariat.”
Jawaban ini sederhana, tapi mendalam. Beliau menekankan bahwa jalan menuju Allah bukan sekadar ibadah lahiriah, tapi juga kesungguhan hati dalam membersihkan niat, menjauhi kesenangan dunia yang melalaikan, serta menjaga amalan agar sesuai dengan tuntunan agama.
Warisan Spiritual
Dzun Nun al-Mishri meninggalkan jejak yang besar dalam dunia tasawuf. Dari beliau, kita belajar tentang kesabaran menghadapi ujian, kesetiaan dalam ibadah, dan ketulusan cinta kepada Allah. Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak generasi setelahnya.
✍️ Pelajaran untuk kita:
Dzun Nun mengajarkan bahwa ibadah sejati adalah ketika hati benar-benar terikat kepada Allah, bukan hanya karena kebiasaan atau formalitas.
Download : Terjemah Hilyatul Auliya

0 comments:
Posting Komentar