Just another free Blogger theme

Random Posts

blog tes ombak

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

JamoSiko

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Penayangan bulan lalu

Find Us On Facebook

Random Posts

Recent Posts

Video Of Day

Popular Posts

Rabu, 27 Agustus 2025

 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, serta kesempatan untuk memperbaiki diri. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Pernahkah kita duduk sejenak, menutup mata, lalu bertanya pada diri sendiri: Bagaimana hubungan saya dengan Allah hari ini? Sudahkah saya benar-benar jujur, ataukah masih penuh lalai dan kesalahan? Inilah yang disebut muhasabah—menghitung amal, menimbang hati, sebelum kelak Allah sendiri yang menimbang kita di yaumil hisab.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa orang beriman seyogianya menilai dirinya setiap hari. Ia ibarat seorang pedagang yang selalu menghitung untung-rugi. Jika ada kebaikan, ia bersyukur dan menambahnya. Jika ada keburukan, ia menyesal lalu bertaubat. Tanpa muhasabah, kita seperti berjalan dalam gelap—tak sadar di mana kaki berpijak, hingga tiba-tiba terperosok dalam jurang dosa.

Dari sisi kesehatan, muhasabah juga membawa manfaat besar. Orang yang membiasakan diri merenung dan menilai dirinya akan lebih tenang, terhindar dari stres berlebihan, serta memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Dengan muhasabah, seseorang belajar menerima kelemahan sekaligus memperbaikinya, sehingga jiwanya tidak mudah gelisah. Penelitian modern bahkan menyebutkan bahwa introspeksi dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan fokus, dan menjaga kesehatan mental. Artinya, muhasabah bukan hanya ibadah, tetapi juga terapi jiwa yang menyehatkan tubuh.

Allah sendiri mengisyaratkan pentingnya muhasabah dalam firman-Nya:

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela (nafsu lawwāmah).”
(QS. Al-Qiyamah: 2)

Ulama tafsir menjelaskan, jiwa yang selalu mencela adalah jiwa seorang mukmin yang tidak pernah diam ketika dirinya lalai. Ia menegur dirinya sendiri, menyesali dosa, lalu kembali mendekat kepada Allah. Inilah ruh dari muhasabah—mengenali kesalahan agar kita tidak dibiarkan hanyut dalam kelalaian.

Muhasabah bukan berarti larut dalam rasa bersalah, tapi menyadari kelemahan untuk kemudian kembali kepada Allah. Hati yang terbiasa bermuhasabah akan menjadi lembut, karena selalu terikat dengan rasa takut (khauf) dan harap (raja’). Takut akan azab Allah, tapi juga berharap pada ampunan dan kasih sayang-Nya.

Saudaraku yang dirahmati Allah, mari kita jadikan muhasabah sebagai rutinitas harian. Caranya sederhana: sebelum tidur, tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang sudah saya lakukan hari ini? Apakah lebih banyak kebaikan atau keburukan? Jika Allah memanggil saya malam ini, dalam keadaan apa saya akan menghadap-Nya?” Pertanyaan ini akan menjaga hati kita dari kelalaian dan membangunkan semangat untuk terus memperbaiki diri.

Penutup:
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang rajin bermuhasabah, sehingga setiap langkah kita semakin mendekatkan diri kepada-Nya, bukan malah menjauh. Mari kita jadikan hari-hari kita bukan sekadar rutinitas, tapi perjalanan menuju pertemuan yang indah dengan Allah Ta’ala.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

📖 Rujukan: Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
👉 Download Terjemah Ihya Ulumuddin :

Jilid I

Jilid II

Jilid III

Jilid IV

Jilid V

Jilid VI

Jilid VII

Jilid VIII

Jilid IX


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar