Imam Syafi‘i (150–204 H) adalah salah satu ulama besar dalam Islam yang meninggalkan warisan keilmuan sangat berharga. Beliau bukan hanya dikenal sebagai pendiri mazhab fikih, tetapi juga sosok yang memiliki kecerdasan luar biasa, adab yang tinggi, dan hati yang sangat dekat dengan Allah.
Sejak kecil, Imam Syafi‘i sudah menunjukkan keistimewaannya. Beliau hafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun, dan hafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia sepuluh tahun. Kecintaannya pada ilmu membuat beliau rela menempuh perjalanan jauh demi berguru pada ulama-ulama besar di Mekah, Madinah, Kufah, hingga Mesir.
Adab Imam Syafi‘i dalam Menuntut Ilmu
Salah satu hal yang paling mengagumkan dari Imam Syafi‘i adalah adabnya terhadap guru. Ketika belajar kepada Imam Malik, beliau tidak berani membuka lembaran kitab di hadapan gurunya dengan suara keras, karena rasa hormat yang begitu tinggi. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan, setiap kali ingin membaca, beliau membalik lembaran dengan sangat pelan agar tidak mengganggu.
Adab ini menjadi teladan penting: bahwa keberkahan ilmu bukan hanya dari kecerdasan otak, tetapi juga dari ketulusan hati dan penghormatan terhadap guru.
Doa Imam Syafi‘i tentang Cahaya Ilmu
Imam Syafi‘i pernah mengadu kepada gurunya, Imam Waki‘, tentang sulitnya menghafal. Lalu beliau diberi nasihat agar menjauhi dosa, karena ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada hati yang bergelimang maksiat. Dari sini lahir syair beliau yang sangat masyhur:
“Aku mengadu kepada Waki‘ tentang buruknya hafalanku,
Lalu beliau menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Ilmu itu cahaya,
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”
Syair ini hingga kini menjadi pegangan banyak penuntut ilmu. Bahwa menjaga hati, menjaga pandangan, dan menjauhi dosa adalah kunci agar ilmu mudah masuk ke dalam jiwa.
Warisan Keilmuan
Imam Syafi‘i dikenal sebagai sosok yang menggabungkan kekuatan dalil dari Al-Qur’an dan hadis dengan kemampuan analisis fikih yang tajam. Mazhab beliau tersebar luas hingga kini, dipelajari di berbagai pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia.
Lebih dari itu, Imam Syafi‘i mengajarkan bahwa menuntut ilmu bukan hanya untuk memperkaya wawasan, melainkan juga untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pelajaran dari Imam Syafi‘i
Dari kisah hidup Imam Syafi‘i, kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga:
-
Semangat belajar sejak dini – beliau hafal Qur’an dan kitab hadis di usia muda.
-
Adab lebih utama dari sekadar kecerdasan – hormat kepada guru adalah kunci keberkahan ilmu.
-
Menjauhi maksiat agar mudah menerima ilmu – karena ilmu adalah cahaya Allah.
-
Ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah – bukan untuk kesombongan atau dunia semata.
Imam Syafi‘i bukan hanya seorang ahli fikih, tetapi juga teladan akhlak dan spiritualitas. Hingga kini, namanya harum sebagai ulama besar yang cintanya pada ilmu menjadi cahaya bagi umat.
Download : Terjemah Hilyatul Auliya

0 comments:
Posting Komentar