Just another free Blogger theme

Random Posts

blog tes ombak

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

JamoSiko

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Penayangan bulan lalu

Find Us On Facebook

Random Posts

Recent Posts

Video Of Day

Popular Posts

Senin, 25 Agustus 2025

Khutbah Pertama

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي تَفَرَّدَ بِالْأَسْمَاءِ الْحُسْنَى وَالصِّفَاتِ الْعُلْيَا، نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Amma ba’du,

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, yang dengan kelembutan kasih sayang-Nya kita masih diberi nafas kehidupan hingga saat ini. Dialah yang menciptakan langit yang luas tanpa tiang, menghamparkan bumi sebagai tempat berpijak, dan menundukkan segala sesuatu agar menjadi tanda kekuasaan-Nya bagi kita yang mau merenung. Kita memuji-Nya dengan segenap jiwa, kita mengagungkan-Nya dengan segenap hati, sebab tidak ada nikmat yang kita rasakan melainkan berasal dari limpahan rahmat-Nya.

Shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, sosok penuh kasih yang menuntun manusia keluar dari gelapnya kebodohan menuju cahaya iman. Semoga kita termasuk umat yang senantiasa mengikuti jejaknya, hingga kelak di hari kiamat mendapatkan syafa‘at dan naungan rahmatnya.

selanjutnya......

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, agar hidup kita dipenuhi dengan keberkahan. Takwa bukanlah sekadar ucapan di lisan, tetapi kesadaran penuh dalam hati bahwa Allah senantiasa melihat kita di mana pun kita berada. Takwa berarti menjaga hati agar tetap bersih dari kesombongan, menjaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, serta menjaga anggota tubuh dari perbuatan dosa. Dengan takwa, seorang hamba menimbang setiap langkahnya: apakah perbuatan ini mendekatkan dirinya kepada Allah atau justru menjauhkannya. Bila kita berusaha menanamkan takwa dalam keseharian—dari perkara kecil seperti kejujuran, hingga perkara besar seperti menegakkan shalat dan menunaikan zakat—maka hidup kita akan lebih terarah, tenang, dan penuh keberkahan. Inilah bekal utama yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat.

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,

Hari ini kita akan merenungkan salah satu dari nama Allah yang agung: Ar-Rahīm. Jika Ar-Rahmān adalah kasih sayang Allah yang meliputi seluruh makhluk-Nya di dunia, maka Ar-Rahīm adalah kasih sayang khusus yang Allah curahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
”Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ayat ini menegaskan kasih sayang Allah yang sangat khusus bagi kaum mukminin. Allah memberikan rahmat-Nya berupa hidayah, pertolongan, dan ampunan di dunia, serta kenikmatan abadi di akhirat. Al-Qurthubi juga menjelaskan bahwa sifat Rahīm menunjukkan kedekatan Allah dengan hamba-hamba yang taat, sebab Dia tidak hanya mencurahkan rahmat umum sebagaimana sifat Rahmān, melainkan juga rahmat khusus yang menjadi penenang hati bagi orang-orang beriman. Maka ayat ini mengingatkan kita bahwa semakin kuat iman dan amal kita, semakin dekat pula kita dengan limpahan rahmat Allah yang tiada terputus.

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,

Jika kita melihat ke dalam ilmu biologi, kita akan menemukan sebuah keajaiban yang menjadi cermin kasih sayang Allah, yaitu rahim seorang ibu. Kata rahim sendiri berasal dari akar kata yang sama dengan Ar-Rahīm, seakan menunjukkan betapa lembut dan penuh kasihnya perlindungan Allah terhadap makhluk-Nya. Di dalam rahim, janin tumbuh dengan penuh penjagaan: diberi nutrisi, oksigen, dan lingkungan yang aman, meski ia begitu lemah dan tak berdaya. Semua itu bukanlah kebetulan, melainkan tanda kasih sayang Allah yang nyata, yang bisa dirasakan bahkan sebelum manusia lahir ke dunia. Maka sebagaimana rahim seorang ibu melindungi dan menyayangi anaknya, demikianlah Allah dengan sifat-Nya Ar-Rahīm melindungi, menyayangi, dan membimbing hamba-hamba-Nya yang beriman.

Kasih sayang Allah dalam sifat Ar-Rahīm ini bukanlah kasih sayang yang umum untuk semua, melainkan rahmat yang istimewa, yang dirasakan oleh orang-orang yang menjaga shalatnya, yang berusaha ikhlas dalam amalnya, dan yang selalu memohon ampunan kepada-Nya. Rahmat ini hadir dalam bentuk ketenangan hati ketika mereka berdzikir, keberkahan dalam rezeki yang halal meskipun sedikit, dan kekuatan untuk bangkit setiap kali jatuh dalam dosa. Bahkan dalam setiap ujian, hamba yang mendapat rahmat Ar-Rahīm akan merasakan kelembutan Allah, sebab di balik kesedihan dan cobaan, ada kasih sayang yang mendidik jiwa agar semakin kuat. Inilah rahmat yang tidak bisa dibeli dengan harta, tidak bisa digapai dengan jabatan, tetapi hanya dirasakan oleh hati-hati yang tunduk kepada Allah. Maka beruntunglah orang-orang yang menjaga shalatnya, yang tidak lelah memohon ampunan, karena di situlah mereka sedang mengetuk pintu kasih sayang Allah yang tiada terputus.

Ketahuilah bahwa balasan bagi umat Islam yang beriman dan beramal saleh di akhirat nanti adalah rahmat yang sempurna. Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan, di bawahnya mengalir sungai-sungai, dengan kebahagiaan yang tidak pernah pudar. Di sana tidak ada lagi rasa lapar, haus, letih, atau sedih. Segala doa yang dulu kita panjatkan di dunia akan diganti dengan balasan yang lebih baik dari yang pernah kita bayangkan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Allah berfirman: Aku telah menyiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, surga adalah puncak kasih sayang Allah melalui sifat-Nya Ar-Rahīm, balasan agung yang menanti orang-orang beriman yang sabar, ikhlas, dan taat kepada-Nya.

Namun jama’ah sekalian, tidakkah kita merasa malu bahwa sering kali kita melupakan sifat Ar-Rahīm ini? Betapa banyak waktu yang kita habiskan untuk mengejar dunia, tetapi sedikit sekali kita luangkan untuk mengingat Allah. Kita menikmati udara yang Allah berikan, rezeki yang Allah hamparkan, kesehatan yang Allah titipkan, tetapi sering kali kita tidak bersyukur dengan sebaik-baiknya. Kita tahu Allah itu Maha Penyayang, tetapi kita kadang masih berani bermaksiat, menunda taubat, bahkan enggan bersujud dengan khusyuk. Tidakkah ini menunjukkan betapa kita lupa akan rahmat yang begitu dekat? Oleh sebab itu, khutbah ini mengajak kita untuk merenung dalam-dalam: sudahkah kita benar-benar menghargai rahmat Ar-Rahīm yang melingkupi kita, atau justru kita sering mengabaikannya? Semoga renungan ini menggugah hati kita untuk kembali, agar kelak kita tidak termasuk orang-orang yang menyesal ketika kesempatan sudah tertutup.

Bayangkanlah, kita sering lalai, sering lupa, bahkan sering bermaksiat. Namun dengan sifat-Nya Ar-Rahīm, Allah masih memberi kita kesempatan untuk kembali, bertaubat, dan membuka lembaran baru. Inilah bukti bahwa Allah lebih sayang kepada kita daripada ibu kepada anaknya.

Jama’ah Jumat rahimakumullah,

Di antara kisah para ulama yang mengejar kasih sayang Allah, ada kisah Fudhail bin Iyadh yang sangat menyentuh hati. Konon, ia dahulu dikenal sebagai seorang perampok yang ditakuti. Malam-malamnya ia habiskan di jalanan, menakuti musafir dan mengambil harta mereka. Namun suatu malam yang sunyi, ketika langkah kakinya mengendap hendak melakukan kejahatan, telinganya menangkap suara lembut dari seorang hamba Allah yang sedang membaca Al-Qur’an. Ayat itu berbunyi: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?” (QS. Al-Hadid: 16).

Sekejap hatinya bergetar, kakinya seakan lemah, dan tubuhnya menggigil. Kata-kata itu menembus jiwanya seperti anak panah, menghancurkan kesombongan dan keangkuhan yang selama ini menutup hatinya. Malam itu ia tidak lagi mencari mangsa, melainkan mencari ampunan. Dengan air mata yang mengalir deras, ia bersujud di tanah, merintih, memohon agar Allah tidak menutup pintu kasih sayang-Nya.

Sejak saat itu, hidup Fudhail berubah total. Hari-harinya dipenuhi dengan ibadah dan zikir, malam-malamnya dihiasi tangisan doa. Ia dikenal menangis begitu dalam hingga orang-orang di sekitarnya ikut tersentuh. Ia takut bukan pada pedang musuh, melainkan takut rahmat Allah menjauh darinya. Ia tidak lagi mengejar dunia, tetapi mengejar kasih sayang Allah semata.

Kisah ini menyayat hati kita, jama’ah sekalian. Betapa luas kasih sayang Allah melalui sifat-Nya Ar-Rahīm. Dosa sebesar apapun dapat dihapuskan, selagi hamba mau kembali. Tidakkah kita malu, yang mengaku beriman tetapi masih sering lalai? Maka marilah kita mengambil pelajaran dari Fudhail bin Iyadh: jangan pernah berputus asa, karena kasih sayang Allah selalu lebih besar dari dosa-dosa kita.

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,

Dari semua renungan ini, marilah kita menutup khutbah dengan hati yang tunduk. Hidup kita hanyalah sebentar, namun kasih sayang Allah tidak pernah sebentar. Ia menemani kita sejak dalam kandungan, Ia melindungi kita ketika kita lalai, dan Ia selalu menunggu taubat kita dengan penuh kesabaran. Jangan sia-siakan kasih sayang itu dengan kelalaian dan dosa. Jadikanlah sifat Ar-Rahīm sebagai penuntun dalam setiap langkah, agar hidup kita lebih bermakna dan akhir kita husnul khatimah.

Doa: Ya Allah, Ya Rahmān, Ya Rahīm… lembutkan hati kami untuk selalu ingat kepada-Mu. Ampuni dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa seluruh kaum muslimin. Jangan Kau palingkan kami dari jalan-Mu setelah Engkau beri petunjuk. Curahkan rahmat-Mu dalam hidup kami, wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah, dan kumpulkan kami kelak di surga-Mu bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan orang-orang saleh. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

قُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُI

 Download : File Pdf Khutbah


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar