Umar bin Khattab r.a. dikenal sebagai salah satu khalifah yang paling tegas dan pemberani. Namanya membuat musuh-musuh Islam gentar, dan keadilannya menjadi teladan sepanjang masa. Namun di balik ketegasan itu, tersimpan hati yang sangat lembut jika berhadapan dengan ayat-ayat Allah.
Dalam kitab Hilyat al-Awliyā’ karya Abu Nu‘aym al-Aṣfahānī, diceritakan sebuah kisah yang menggambarkan betapa mendalamnya rasa takut Umar kepada Allah.
Suatu hari, Umar sedang membaca ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang azab Allah bagi orang-orang yang ingkar. Ayat itu membuatnya tertegun. Pikirannya seakan langsung tertuju pada hari kiamat, ketika manusia berdiri di hadapan Allah untuk dihisab. Rasa takut yang luar biasa itu membuat Umar jatuh pingsan.
Bukan hanya sebentar, pingsan itu berlanjut menjadi sakit selama beberapa hari. Para sahabat sampai menjenguknya karena khawatir dengan kondisinya. Bayangkan, seorang khalifah yang gagah dan disegani, bisa begitu rapuh ketika mengingat akhirat.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati bukan hanya ada pada fisik atau jabatan, tapi pada kelembutan hati di hadapan Sang Pencipta. Sebesar apapun kita di dunia, kita hanyalah hamba yang bergantung kepada rahmat-Nya.
Pelajaran yang bisa diambil:
-
Ilmu dan jabatan bukan alasan untuk merasa aman dari azab Allah.
-
Hati yang lembut kepada Allah adalah ciri orang beriman.
-
Membaca Al-Qur’an seharusnya menggerakkan hati, bukan sekadar melafalkan kata.
Semoga kita bisa meneladani rasa takut dan kekhusyukan Umar bin Khattab, agar hidup kita selalu terarah kepada ridha Allah.
DOWNLOAD :
Terjemah Hilyatul Auliya Jilid I
Terjemah Hilyatul Auliya Jilid II
0 comments:
Posting Komentar