Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. adalah sahabat paling mulia setelah Rasulullah ﷺ. Dalam kitab Hilyatul Auliya’, Imam Abu Nu‘aim banyak meriwayatkan kisah-kisah tentang ketakwaan, keteguhan iman, serta kezuhudan beliau.
Salah satu yang paling masyhur adalah ketika Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Umar bin Khattab r.a. datang membawa separuh hartanya, dengan penuh semangat ingin mengalahkan Abu Bakar. Namun, Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ pun bertanya:
"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?"
Abu Bakar menjawab dengan penuh keyakinan:
"Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya."
Kisah ini menggambarkan betapa kuatnya iman Abu Bakar kepada Allah, hingga tidak ada sedikit pun keraguan dalam hatinya. Baginya, dunia hanya titipan, sementara akhirat adalah tujuan abadi.
Dalam Hilyatul Auliya’ juga disebutkan bahwa Abu Bakar sering menangis saat membaca Al-Qur’an. Suaranya yang lembut penuh tangisan membuat banyak orang tersentuh hingga masuk Islam. Ia adalah sosok yang hatinya dipenuhi rasa takut kepada Allah, meski jaminan surga telah diberikan oleh Rasulullah ﷺ.
Abu Nu‘aim meriwayatkan bahwa Abu Bakar berkata:
"Seandainya aku berada di atas sebuah pohon dan yakin tidak akan jatuh ke neraka, niscaya aku berharap diriku hanyalah sebatang pohon yang tidak dihisab."
Itulah kerendahan hati Abu Bakar. Meski gelarnya Ash-Shiddiq (yang selalu membenarkan Rasulullah ﷺ), beliau tetap merasa dirinya hamba yang hina di hadapan Allah.
Hikmah yang Bisa Diambil
-
Keimanan sejati ditunjukkan dengan pengorbanan, bahkan harta seluruhnya jika untuk Allah.
-
Zuhud bukan berarti miskin, tetapi hatinya tidak pernah terikat pada dunia.
-
Rendah hati dan rasa takut kepada Allah adalah ciri orang-orang yang benar-benar mengenal-Nya.

0 comments:
Posting Komentar